Jumat, 31 Mei 2013

Metode Ilmiah dan Emplementasinya


BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Ilmu Alamiah Dasar merupakan kumpulan pengetahuan tentang konsep-konsep dasar dalam bidang ilmu pengetahuan alam dan teknologi. Dan, manusia sebagai subjek pokoknya yang dalam hal ini merupakan makhluk hidup yang paling tinggi kedudukannya. Salah satu indikatornya ialah sifat unik manusia. Dibandingkan dengan makhluk lain, jasmani manusia adalah lemah, tetapi rohani atau akal budi dan kemauannya sangat kuat. Umumnya dikatakan bahwa manusia dan binatang berbeda karena akal budi yang dimilikinya. Akal bersumber pada otak. Dan, budi bersuber pada jiwa. Oleh karena itu, sejalan dengan perkembangannya menusia memanfaatkan akal budi yang dimilikinya dan juga ditunjang dengan rasa ingin tahu, maka berkembanglah pula ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh manusia. Perkembangan pengetahuan pun lebih berkembang lagi manakala ditunjang dengan adanya tukar menukar informasi antar manusia.
Pada zaman dahulu akibat dari terbatasnya peralatan untuk memperoleh pengetahuan, maka untuk menjawab keingintahuan tentang alam, manusia pada saat itu menciptakan mitos. Sehingga mitos pun digolongkan menjadi tiga, yaitu mitos sebenarnya, cerita rakyat, danlagenda. Sehingga terdapat beberapa cara untuk mendapatkan kesimpulan, diantaranya prasangka (perasaaan), intuisi (batiniah), dan coba-ralat/trial error (untung-untungan).
Untuk itu diperlukanlah syarat-syarat tertentu agar suatu ilmu itu dapat sesuai dengan keadaannya bukan dengan prasangka, intuisi, maupun coba-ralat/trial error. Adapun syaratnya, yaitu obyektif, metodik, sistematik, dan universal.
Dan, untuk dapat memenuhi syarat ilmu pengetahuan seperti yang tersebut di atas, maka diperlukanlah metode ilmiah. Metode ilmiah adalah cara atau  prosedur dalam memperoleh pengetahuan secara ilmiah. Dalam hal ini, metode ilmiah menggabungkan cara berpikir induktif dan cara berpikir deduktif dalam membangun tubuh pengetahuannya.
Cara berpikit deduktif adalah cara berpikir di mana ditarik kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat umum. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus. Silogismus tersusun dari dua buah pernyataan (premis mayor/minor) dan sebuah kesimpulan. Cara berpikir induktif terkait dengan pengetahuan rasionalisme. Rasionalisme adalah paham yang berpendapat bahwa rasio adalah sumber kebenaran. Cara berpikir induktif adalah kebalikan dari cara berpikir deduktif. Sehingga, dalam prakteknya diperlukan empirisme, yaitu paham yang berpendapat bahwa fakta yang tertangkap lewat pengalaman manusia merupakan sumberkebenaran.


B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang diangkat dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1.      Ilmu Alamiah Dasar
2.      Apakah yang dimaksud dengan metode ilmiah?
3.      Bagaimanakah tahapan-tahapan dalam metode ilmiah?
4.      Bagaimanakah implementasi metode ilmiah terhadap pengembangan ilmu?
5.      Sifat Ilmu Pengetahuan Dan Metode Ilmiah

.


BAB II
PEMBAHASAN
A.ILMU ALAMIAH DASAR
Ilmu alamiah atau sering disebut ilmu pengetahuan alam (natural science) merupakan pengetahuan yang mengkaji tentang gejala-gejala dalam alam semesta, termasuk di muka bumi ini, sehingga terbentuk konsep dan prinsip. IAD hanya mengkaji konsep-konsep dan prinsip-prinsip dasar yang esensial saja.

·         Manusia yang Bersifat Unik
Ciri-ciri Manusia
a. Organ tubuhnya kompleks dan sangat khusus, terutama otaknya
b. Mengadakan metabolisme atau pertukaran zat, (ada yang masuk dan keluar)
c. Memberikan tanggapan terhadap rangsangan dari dalam dan luar
d. Memiliki potensi untuk berkembang biak.
e.     Tumbuh dan berkembang biak
f.    Berinteraksi dengan lingkungan
            g.   Sampai pada saatnya mengalami kematian
Manusia adalah makhluk yang lemah dibanding makhluk lain namun dengan akal budinya dan kemauannya yang sangat kuat maka manusia dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia dapat hidup dengan lebih baik lagi. Akal budinya dan kemauannya yang sangat kuat itulah yang menjadi sifat unik manusia.

·         Kuriosita atau Rasa Ingin Tahu dan Akal Budi
Rasa ingin tahu makhluk lain lebih didasarkan oleh naluri (instinct) /idle curiosity naluri ini didasarkan pada upaya mempertahankan kelestaraian hidup dan sifatnya tetap.
Manusia juga mempunyai naluri seperti tumbuhan dan hewan tetapi ia mempunyai akal budi yang terus berkembang serta rasa ingin tahu yang tidak terpuaskan.
Sesuatu masalah yang telah dapat dipecahkan maka akan timbul masalah lain yang menunggu pemecahannya, manusia setelah tahu apanya maka ingin tahu bagaimana dan mengapa.
Contoh : tempat tinggal manusia purba sampai manusia modern, contoh lain seperti penyakit setelah ditemukan obat suatu penyakit ada penyakit lain lagi yang dicoba untuk dicari obatnya (HIV AIDS).


·         Perkembangan Alam Pikiran Manusi
Manusia yang mempunyai rasa ingin tahu terhadap rahasia alam mencoba menjawab dengan menggunakan pengamatan dan penggunaan pengalaman, tetapi sering upaya itu tidak terjawab secara memuaskan. Pada manusia kuno untuk memuaskan mereka menjawab sendiri. Misalnya kenapa ada pelangi mereka membuat jawaban, pelangi adalah selendang bidadari atau kenapa gunung meletus jawabannya karena yang berkuasa marah. Dari hal ini timbulnya pengetahuan tentang bidadari dan sesuatu yang berkuasa. Pengetahuan baru itu muncul dari kombinasi antara pengalaman dan kepercayaan yang disebut mitos. Cerita-cerita mitos disebut legenda. Mitos dapat diterima karena keterbatasan penginderaan, penalaran, dan hasrat ingintahu yang harus dipenuhi. Sehubungan dengan dengan kemajuan zaman, maka lahirlah ilmu pengetahuan dan metode ilmiah.
Puncak pemikiran mitos adalah pada zaman Babilonia yati kira-kira 700-600 SM. Orang Babilonia berpendapat bahwa alam semesta itu sebagai ruangan setengah bola dengan bumiyang datar sebagai lantainya dan langit dan bintang-bintang sebagai atapnya. Namun yang menakjubkan mereka telah mengenal bidang ekleptika sebagai bidang edar matahari dan menetapkan perhitungan satu tahun yaitu satu kali matahari beredar ketempat semula, yaitu 365,25 hari. Pengetahuan dan ajaran tentang orang Babilonia setengahnya merupakan dugaan, imajinasi, kepercayaan atau mitos pengetahuan semacam ini disebut Pseudo science (sains palsu)

B. PENGERTIAN METODE ILMIAH
Kata metode berasal dari bahasa Yunani methodos yang merupakan gabungan dari kata depan meta (menuju, melalui, mengikuti) dan kata benda hodos (jalan, cara, arah). Metode ilmiah berarti cara bertindak menurut sistem aturan tertentu.
           Menurut Almadk (1939), metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan, dan penjelasan kebenaran. Ostle (1975) berpendapat bahwa metode ilmiah adalah pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh suatu interelasi. Sedangkan menurut Suastra, I Wayan (2005) menyatakan bahwa metode ilmiah adalah cara dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah, yang merupakan sintesis antara berpikir rasional dan bertumpu pada data empiris.
 Jadi metode ilmiah adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan informasi-informasi (fakta-fakta) tentang berbagai fenomena alam dan kehidupan yang disusun secara sistematis, objektif dan logis.

B.   CIRI-CIRI METODE ILMIAH
Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
Ø  Objektif, artinya pengetahuan itu sesuai dengan objeknya, yakni kesuaiannya atau kebenarannya dibuktikan dengan hasil pengindraan atau empiris.
Ø  Metodik, yakni suatu pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan cara-cara tertentu, teratur dan terkontrol.
Ø  Sistematik, artinya pengetahuan ilmiah itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri.
Ø  Berlaku umum, yakni pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau dapat diamati oleh seseorang atau beberapa orang saja, tetapi oleh semua orang, dengan cara ekperimen yang sama dan akan memperoleh hasil yang sama pula atau konsisten sifatnya.

C. TAHAPAN-TAHAPAN METODE ILMIAH
1)      Observasi atau Pengamatan
Penelitian ilmiah biasanya dimulai dengan observasi dari sebuah kejadian yang tidak dapat dijelaskan dan kejadiannya berulang-ulang. Semua informasi yang diperoleh melalui hasil observasi dari suatu kejadian disebut petunjuk empiris.
2)       Perumusan masalah
Perumusan masalah bertujuan untuk memperjelas luas masalah yang dibahas. Masalah yang dijelaskan diformulasikan dalam sebuah rumusan masalah dan umumnya rumusan masalah berkenaan dengan pertanyaan apa, bagaimana, kapan, dimana, siapa, dan mengapa masalah tersebut yang diteliti.
3)      Penyusunan kerangka berpikir
Kerangka berpikir merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling terkait dan membentuk kostelasi permasalahan, yang disusun secara rasionil berdasarkan premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya.
4)      Pengajuan hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir yang dikembangkan. Hipotesis digali dari penelusuran referensi teoritis dan mengkaji hasil-hasil penelitian sebelumnya. Hipotesis ada dua macam, yaitu hipotesis alternatif, yaitu hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh dari variabel manipulasi terhadap respons dan hipotesis nol, yaitu hipotesis yang menyatakan tidak adanya pengaruh antara variabel manipulasi terhadap variabel respons.
5)      Prediksi atau Peramalan
Prediksi merupakan tindakan untuk membuat ramalan atau proyeksi mengenai peristiwa-peristiwa yang akan terjadi atau gejala-gejala yang akan muncul dari kegiatan ilmiah yang  dilakukan.
6)      Pengujian hipotesis atau Eksperimen
Eksperimen adalah usaha sistematis yang dilakukan oleh saintis yang sengaja dibuat dan diatur untuk membuat memperoleh petunjuk empiris yang sahih dan reliable (terpecaya), namun sebelum bereksperimen, seorang saintis terlebih dahulu perlu menyusun perencanaan tentang eksperimen yang dilakukan.
7)      Penarikan kesimpulan.
Penarikan kesimpulan merupakan penilaian yang diterima atau tidaknya sebuat hipotesis. Dalam membuat kesimpulan seorang peneliti harus lepas dari unsur subjektif dan tetap berpedoman pada pandangan objektif yang berdasar pada hasil penelitian. Kesimpulan yang diperoleh dapat bersifat mendukung hipotesis maupun menolak hipotesis.
Jika beberapa hasil penelitan tetap memberikan dukungan kepada hipotesis, maka hipotesis terangkat lebih tinggi menjadi suatu teori. Jika pengujian terhadap teori tersebut tidak terbantah , maka teori akan menjadi suatu hukum ilmiah.
8)      Publikasi
Suatu temuan tidak akan ada artinya jika temuan yang diperoleh tidak dikomunikasikan ke masyarakat ilmiah. Baberapa bentuk komunikasi ilkiah yang dilakukan adalah berupa laporan ilmiah maupun seminar ilmiah.            
Keseluruhan langkah tersebut harus ditempuh agar suatu penelaahan dapat disebut ilmiah karena langkah yang satu merupakan landasan bagi langkah yang lain. Pentingnya metode ilmiah bukan saja dalam proses penemuan dan pembuktian ilmu pengetahuan, namun terlebih lagi dalam mengkomunikasikan penemuan ilmiah tersebut kepada masyarakat ilmiah.  

Observasi
Data Awal



Hipotesis

Eksperiment
Hasil Eksperimen

Kesimpulan



Teori


Gambar 1. Diagram Metode Ilmiah

D. IMPLEMENTASI METODE ILMIAH DALAM PENGEMBANGAN   ILMU

           Rasa ingin tahu merupakan salah satu sifat dasar yang dimiliki manusia. Sifat tersebut akan mendorong manusia untuk mendapatkan pengetahuan. Setiap manusia yang berakal sehat pasti memiliki pengetahuan, baik berupa fakta, konsep, maupun prinsip. Pengetahuan dapat dimiliki berkat adanya pengalaman atau melalui interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Salah satu bentuk pengetahuan yang dimiliki manusia adalah pengetahuan ilmiah yang sering disebut ilmu. Ilmu adalah bagian dari pengetahuan, namun tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu. Ilmu adalah pengetahuan yang disusun secara sistematis dan logis yang didasari oleh dua teori kebenaran yaitu teori korespondensi dan koherensi.
           Korespondensi dan koherensi mendasari bagaimana ilmu diperoleh dan melahirkan cara mendapatkan kebenaran ilmiah. Proses untuk mendapatkan ilmu agar memiliki nilai kebenaran harus dilandasi oleh cara berpikir rasional berdasarkan logika dan berpikir empiris berdasarkan fakta. Salah satu cara untuk mendapatkan ilmu adalah melalui suatu  penelitian .
           Penelitian sebagai upaya memperoleh kebenaran harus didasari oleh proses berpikir ilmiah yang dituangkan dalam metode ilmiah. Metode ilmiah adalah kerangka landasan bagi terciptanya pengetahuan ilmiah. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode ilmiah mengandung dua unsur penting, yaitu pengamatan dan penalaran. Metode ilmiah didasari oleh pemikiran bahwa apabila suatu pernyataan ingin diterima sebagai suatu kebenaran, maka pernyataan tersebut harus dapat diverifikasi atau diuji kebenarannya secara empiris (berdasarkan fakta).
Metode ilmiah boleh dikatakan merupakan sutu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur dalam pertimbangan-pertimbangan logis. Karena ideal dari ilmu adalah untuk memperoleh interelasi yang sistematis dari fakta-fakta, maka metode ilmiah berkehendak mencari jawaban tentang fakta-fakta dengan menggunakan pendekatan kesangsian sistematis. Karena itu, penelitian dan metode ilmiah memiliki hubungan yang sangat dekat. Pentingnya metode ilmiah bukan saja dalam proses penemuan dan pembuktian ilmu pengetahuan, namun terlebih lagi dalam mengkomunikasikan penemuan illmiah tersebut kepada masyarakat ilmiah karena penemuan ilmiah tersebut telah tersusun secara sistematis.


BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN
              Metode ilmiah merupakan merupakan suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan informasi-informasi (fakta-fakta) tentang berbagai fenomena alam dan kehidupan yang disusun secara sistematis, objektif dan logis. Metode ilmiah bersifat objektif, metodik, sistematik, serta berlaku umum (generalisasi).
              Langkah-langkah yang dilakukan dalam metode ilmiah meliputi: observasi atau pengamatan, perumusan masalah, penyusunan kerangka berpikir, menentukan hipotesis, prediksi atau peramalan, pengujian hipotesis atau eksperimen, penarikan kesimpulan, serta publikasi.
              Ada tiga teori kebenaran dalam berpikir ilmiah, yaitu teori koherensi, teori korespondensi, dan teori pragmatisme. Ilmu-ilmu alam pada umumnya menuntut kebenaran yang korespondensi karena fakta- fakta objektif sangat dituntut terhadap setiap pernyataan.
              Metode ilmiah merupakan suatu langkah terhadap pengejaran kebenaran yang ditur dalam pertimbangan-pertimbangan logis. Metode ilmiah tidak saja berguna dalam proses penemuan dan pembuktian ilmu pengetahuan, namun terlebih lagi dalam mengkomunikasikan penemuan ilmiah tersebut kepada masyarakat ilmiah.

B.SARAN
               Dengan mengetahui tentang metode ilmiah dan tahapan-tahapan dalam metode ilmiah, dapat kita pergunakan sebagai bekal dalam penelitian yang akan kita gunakan nantinya. Tampaknya dengan perkembangan alam pikiran yang semakin luas, manusia tidak akan berhenti berpikir dan mencari tahu tentang suatu kebenaran, sehingga pembuktian ilmiah sangat diperlukan untuk membuktikan keingintahuan manusia akan kebenaran tersebut.



DAFTAR PUSTAKA

Aryana, Ida Bagus Putu.dkk.2005. Ilmu Alamiah Dasar. Singaraja:Undiksha
Sudjadi, Bagod.2007. Biologi untuk SMA Semester Pertama. Jakarta:Yudistira
Aryulina, Diah.2006.Biologi SMA dan MA untuk Kelas X. Jakarta:Erlangga




Proses terbentuknya alam semesta


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pada hakikatnya, dunia merupakan sedikit perwujudan dari Kekuasaan Tuhan yang Maha Luas. Yang demikian itu, sebagaimana dinyatakan dalam  Hadits Qudsi yang mengembalikan gagasan Penciptaan kepada gagasan Pengetahuan, seperti dinyatakan “Aku adalah harta benda yang tersembunyi; Aku ingin diketahui (atau mengetahui) maka Aku menciptakan dunia”. Sesuai Firman-Nya
أَوَلَمۡ يَرَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ أَنَّ ٱلسَّمَـٰوَاتِ وَٱلۡأَرۡضَ ڪَانَتَا رَتۡقً۬ا فَفَتَقۡنَـٰهُمَا*ۖ وَجَعَلۡنَا مِنَ ٱلۡمَآءِ كُلَّ شَىۡءٍ حَىٍّ*ۖ أَفَلَا يُؤۡمِنُونَ (٣٠
Artinya:“Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?”(Q.S Al-Anbiya’[21]:30)
Pembahasan tentang proses lahirnya alam semesta, pastilah berbicara apa yang termasuk dalam Alam Semesta tersebut, seperti bumi, manusia, langit, bintang dan segala sesuatu yang berawal dari adam(tidak ada) menjadi maujud(ada).
Proses lahirnya alam semesta dapat ditinjau dari perfektif Agama Islam (Al-Qur’an & Hadits) dan Ilmu Pengetahuan/Sains. Ilmu pengetahuan mengemukakan beberapa teori asal usul Alam Semesta seperti Bigbang.Sedangkan Al-Qur’an dan Hadits menguak hal tersebut dengan menyiratkannya dalam ayat-ayat suci. Perbedaan cara-cara pengungkapan proses inilah yang membuat kami mengangkat tema ini. Dari teori-teori para ilmuwan yang bermunculan berkenaan dengan lahirnya alam ini serta dalil-dalil naqli yang tersirat dalam Al-Qur’an dan Hadits tersebut pastilah dapat ditarik benang merah atau kesamaan di antara keduanya.
Adanya kesamaan inilah secara tidak langsung membuktikan bahwa Al-Qur’an merupakan Kitab suci seluruh zaman, menyingkap kejadian lalu, sekarang dan akan datang. Semua bukti ini memantapkan rasa ta’jub luar biasa kepada Sang Khalik Alam Semesta Allah Azza Wa Jalla.


B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Alam Semesta?
2.      Bagaimana proses lahirnya Alam Semesta menurut Ilmu Pengetahuan/Sains?
3.      Bagaimana proses lahirnya Alam Semesta menurut Agama Islam?



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Alam Semesta
Pengertian Alam Semesta sangatlah  luas, dan tentu saja pengertian tersebut berbeda antara Ilmu Kosmologi/Fisiska dan Astronomi dengan pengertian yang diciptakan Tuhan.
Kata alam semesta (universe) digunakan pada pertengahan abad ke-20 untuk menjelaskan seluruh ruang waktu kontinu dimana makhluk hidup berada, dengan energi dan materi yang dimilikinya.Yang termasuk materi disini adalah matahari, bulan, bintang-bintang, planet-planet, galaksi, komet, asteroid, awan nebula, dan ruang diantaranya.[1]
Menurut orang Babylonia (kurang lebih 700-600 SM), alam semesta merupakan suatu ruangan atau selungkup dengan bumi yang datar sebagai lantainya dan langit beserta bintang sebagai atapnya.[2]
Menurut pendapat lain alam semesta atau jagad raya dapat diartikan sebagai suatu ruangan yang maha besar, dimana didalamnya terjadi segala peristiwa alam yang dapat diungkapkan manusia maupun yang belum dapat diungkapkan manusia.[3]


Makna alam semesta yang Tuhan ciptakan terkandung dalam salah satu firmannya,
.......رَبِّ العَالَمِيْنَ
Artinya :”. …….Tuhan semesta alam[3].(Q.S Al-Fatihah [1]:2)
[3]……..'Alamiin (semesta alam): semua yang diciptakan Tuhan yang terdiri dari berbagai jenis dan macam, seperti: alam manusia, alam hewan, alam tumbuh-tumbuhan, benda-benda mati dan sebagainya. Allah Pencipta semua alam-alam itu.

Dari keterangan tersebut, alam semesta dapat dijelaskan sebagai “alam yang diciptakan Tuhan beserta segala isi yang ada di dalamnya, baik yang tampak ataupun tidak”. Singkatnya, alam yang dimaksud Tuhan adalah segala apa yang ada di alam semesta beserta apa yang melingkupinya termasuk yang gaib(tidak terlihat).
B.     Proses Lahirnya Alam Semesta Menurut Sains/Il-Peng
Lahirnya Alam Semesta ditinjau dari segi Sains dapat di jelaskan oleh beberapa Teori, diantaranya:
1.      Teori Big Bang atau dentuman
Big Bang atau dentuman/ledakan besar merupakan teori Ilmu Pengetahuan yang dikemukakan oleh Edwin Hubble.Teori ini diyakini banyak ilmuwan sebagai awal dari terbentuknya alam semesta.Teori ini menjelaskan perkembangan dan bentuk awal dari alam semesta.
Berdasarkan teori Big Bang, alam semesta ini terbentuk dari ledakan mahadasyat yang terjadi sekitar 13.700 juta tahun lalu. Ledakan tersebut berawal dari materi yang terbentuk kemudian terpadatkan menjadi setitik massa dengaan suhu dan tekanan yang sangat tinggi sehingga kemudian meledak. Ledakan mahadahsyat ini melontarkan materi dalam jumlah sangat besar ke segala penjuru alam semesta.Setelah mendingin dalam perjalanan waktu, serpihan materi-materi ini kemudian mengisi alam semesta dalam bentuk bintang, planet, debu kosmis, asteroid/komet, energi, dan partikel lainnya di alam semesta ini dengan susunan yang rapi dan teratur pada orbitnya masing-masing[4].
2.      Teori Osilasi
Teori ini menyatakan bahwa “Materi alam semesta bergerak saling menjauhi kemudian akan berhenti, lalu akan mengalami pemampatan demikian seterusnya secara periodik.”
Teori ini mengemukakan bahwa alam semesta sekarang sedang mengembang karena sebelumnya telah terjadi penyusutan. Dalam proses ini tidak ada materi yang rusak atau hilang ataupun tercipta, hanya mampat atau merenggang.
Teori osilasi memandang kejadian alam semesta sama dengan teori keadaan tetap, yaitu bahwa alam semesta tidak berawal dan tidak akan berakhir. Bedanya dalam teori osilasi masih mengakui adanya dentuman besar dan pada suatu saat gravitasi akan menyedot kembali sehingga alam semesta akan mengempis (collapse) yang pada akhirnya akan menggumpal kembali dalam kepadatan yang tinggi dengan temperatur yang tinggi dan akan terjadi dentuman besar kembali. Setelah big-bang kedua terjadi, dimulai kembali ekspansi kedua dan suatu saat akan mengempis kembali dan meledak untuk ketiga kalinya, begitulah seterusnya.[5]
3.      Teori keadaan tetap (steady-state theory)
Tahun 1948, teori kedaan-tetap atau teori alam semesta tak terhingga dicetuskan oleh Fred Hoyle, Thomas Gold dan Hermann Bondi sebagai alternatif dari teori ledakan besar (Big Bang theory). Teori ini tidak lebih dari perpanjangan paham materialistis abad ke 19 yang mengabaikan adanya sang Pencipta dan model semesta yang tanpa batas. Menurut model ini, ketika alam semesta mengembang, materi baru terus-menerus muncul dengan sendirinya dalam jumlah tepat sehingga alam semesta berada dalam “keadaan stabil”.
Galaksi baru yang terciptakan dari materi baru ini akan membuat jagat raya tampak sama sepanjang masa. Untuk mempertahankan kerapatan jagat raya konstan, laju penciptaan materi cukup kecil yakni satu atom hidrogen per sentimeter kubik setiap 1 milyar tahun. Dengan kata lain, alam semesta menurut teori ini adalah statis/tetap, tidak permulaan atau akhir. Walaupun mereka mengakui bahwa alam semesta berekspansi, namun mereka menyatakan bahwa alam semesta akan tetap sama kelihatannya sampai kapanpun. Teori ini segera runtuh dan tidak banyak penggemarnya ketika ditemukan radiasi latar belakang kosmik.Teori ini berdasarkan prinsip kosmopologi sempurna yang menyatakan bahwa alam semesta dimanapun dan bagaimanapun selalu sama.berdasarkan prinsip tersebut, alam semesta terjadi pada suatu saat tertentu yang telah lalu dan segala sesuatu di alam semesta selalu tetap sama walaupun galaksi-galaksi saling bergerak menjauhi satu sama lain. Kenyataanya bahwa galaksi baru mempunyai jumlah yang sebanding dengan galaksi lama.
Ada beberapa pendapat tentang Teori Keadaan Tetap, diantaranya:[6]
a.       Gatot Subroto mengatakan ”Menurut teori ini , jagat raya selalu memuai dengan kecepatan tetap dan   pembentukan materi baru terus-menerus berlangsung , sehingga dalam ruang tertentu selalu dijumpai jumlah materi-materi yang sama. Teori ini tidak mengenal dentuman (ledakan) ke pusat jagat raya”.
b.      Menurut Samadi, Teori ini dikemukakan oleh Fred Hoyle, Herman Bondi, dan Thomas Gold. Mereka menyatakan bahwa alam semesta tidak berawal dan tidak berakhir. Mereka berpendapat bahwa alam semesta selalu dalam kaedaan tetap karena secara terus-menerus diimbangi dengan terciptanya materi baru. Materi baru itu kemudian memadat menjadi galaksi, selanjutnya mengisi ruang-ruang yang kosong untuk mengganti materi yang berpindah akibat pemuaian.
c.       Sumber Danang Endarto,Sarwono,Singgih Prihadi menyatakan bahwa Teori Creatio Continua (keadaan tetap) dikemukakan oleh Fred Hoyle, Bendi, dan Gold. Teori ini menyatakan bahwa saat diciptakan alam semesta ini tidak ada. Alam semesta ini selamanya ada dan akan tetap ada atau dengan kata lain alam semesta tidak pernah bermula dan tidak akan berakhir. Pada setiap ada partikel yang dilahirkan dan ada yang lenyap. Partikel-partikel tersebut kemudian mengembun menjadi kabut-kabut spiral dengan bintang-bintang dan jasad-jasad alam semesta. Partikel yang di lahirkan lebih besar dari yang lenyap, sehingga mengakibatkan jumlah materi makin bertambah dan mengakibatkan pemuaian alam semesta. pengembangan ini akan mencapai titik batas kritis pada 10 milyar tahun lagi. Dalam waktu 10 milyar tahun, akan di hasilkan kabut kabut baru. menurut teori ini 90% materi alam semesta adalah hidrogen dan hidrogenin, kemudian akan terbentuk helium dan zat zat lainnya.
C.    Proses Lahirnya Alam Semesta Menurut Agama Islam
Proses lahirnya alam semesta ditinjau dari sudut pandang Agama dapat diketahui dengan mentadaburi apa yang tersirat dalam Al-Qur’an dan Hadits.
Al-Qur’an telah menegaskan secara jelas bahwa alam semesta atau kosmos yang terdiri atas benda-benda langit, seperti bintang, planet, termasuk bumi didalamnya, satelit, dan asteroid, pada mulanya menyatu membentuk asap atau kabut. Kemudian Allah Swt memisahkannya sejak milyaran tahun silam menjadi benda-benda, sebagaimana yang terdapat di alam raya ini.[7]
Sesuai dengan firman-Nya
ثُمَّ اسۡتَـوٰۤى اِلَى السَّمَآءِ وَهِىَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلۡاَرۡضِ ائۡتِيَا طَوۡعًا اَوۡ كَرۡهًا ؕ قَالَتَاۤ اَتَيۡنَا طَآٮِٕعِيۡنَ‏ ﴿۱۱
Artinya:”Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati".(Q.S Fushilat [41]:11)
Kemudian Allah memisahkan antara keduanya(langit dan bumi) dan menciptakan benda lainnya.
أَوَلَمۡ يَرَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ أَنَّ ٱلسَّمَـٰوَاتِ وَٱلۡأَرۡضَ ڪَانَتَا رَتۡقً۬ا فَفَتَقۡنَـٰهُمَا*ۖ وَجَعَلۡنَا مِنَ ٱلۡمَآءِ كُلَّ شَىۡءٍ حَىٍّ*ۖ أَفَلَا يُؤۡمِنُونَ (٣٠

Artinya:”Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?”(Q.S Al-Anbiya [21]:30)
Awal penciptaan alam semesta dimulai dengan perintah Tuhan, Kun, “Jadilah!”[1].
[1]Dalam Bahasa Arab, Kun terdiri dari dua huruf, yakni kaf dan nun. Kaf  mewakili kata kamal, atau kesempurnaan, dan Nun mewakili kata nur  atau cahaya. Maka, wujudlah dari cahaya yang sempurna. Ciptaan yang pertama ini dinamakan dengan cahaya kenabian, atau cahaya murni yang mendahului alam semesta
انَّمَاقَوْلُنَا لِشَيْءٍ اِذَآاَرَدْنَاهُ اَنْ نَّقُوْلَ لَهُ كُنْ فَيَكُوْنَ (٤٠
Artinya:”Sesungguhnya Perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: "kun (jadilah)", Maka jadilah ia.”(Q.S An-Nahl [16]:40)
Alam semesta mulai terbentang. Proses penciptaan alam semesta dimulai dari titik tunggal (an-nuqthah) yang kemudian Allah ledakkan. Pada titik tunggal tersebut terkandung berbagai macam materi penyusun alam semesta dan makhluk hidup yang kelak Allah hadirkan, oleh para ahli ilmuwan peristiwa inilah yang di sebut dengan BIG BANG. Dalam Al-Qur’an, proses penciptaan alam semesta di gambarkan laksana mekarnya bunga mawar.
فَاِذَاانْشَقَّتِ السَّمَآءُ فَكَانَتْ وَرْدَةً كَالدِّهَانِ (۳۷
Artinya:”Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak”.(Q.S Ar-Rahman [55]:37)
Kemudian alam semesta memuai atau berekspansi(sejalan dengan surah Adz-Dzariyat [51]:47)
وَالسَّمَآءَ بَنَيْنَاهَا بِاَيْدٍ وَّاِنَّا لَمُوْسِعُوْنَ (٤۷
Artinya:”Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan Sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya ”(Q.S Adz-Dzariyat [51]:47)
Allah menciptakan alam semesta selama enam masa atau enam hari yang bila dihitung oleh manusia akan membutuhkan waktu milyaran tahun kemudian.
وَلَقَدۡ خَلَقۡنَا السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضَ وَمَا بَيۡنَهُمَا فِىۡ سِتَّةِ اَيَّامٍ*وَّمَا مَسَّنَا
مِنۡ لُّغُوۡبٍ‏ ﴿٥۸

Artinya:”Dan Sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan.”(surat Qaf (51) ayat 58)
1.      Masa I (ayat 27): Penciptaan langit pertama kali
2.      Masa II (ayat 28): Pengembang dan Penyempurnaan
3.      Masa III (ayat 29): Pembentukan tata surya termasuk bumi
4.      Masa IV (ayat 30): Awal mula daratan di Bumi
5.      Masa V (ayat 31): Pengiriman air ke Bumi melalui komet
6.      Masa VI (ayat 32-33): Proses geologis serta lahirnya hewan dan manusia



BAB III
KESIMPULAN
                Alam semesta atau jagad raya dapat diartikan sebagai suatu ruangan yang maha besar, dimana didalamnya terjadi segala peristiwa alam yang dapat diungkapkan manusia maupun yang belum dapat diungkapkan manusia
            Proses lahirnya alam semesta dapat di lihat dari segi Sains/Ilmu pengetahuan dan dari segi Agama(Qur’an dan Hadits)









[1] Firman Suadi, Alam Semesta yang Menakjubkan, (Jakarta: Bee Media Indonesia, 2009), h. 6
[2] Biasa Saja, Pengertian Semesta, dalam http://www.santriuniversitas.blogspot.com., 05 November 2010
[3] Ayu Redhatya, Tugas Imu Alamiah Dasar, dalam http://www.aredhyta.blogspot.com., 31 Maret 2012
[4] Firman Sujadi, Alam Semesta yang Menakjubkan, (Jakarta: Bee Media Indonesia, 2009), h. 8
[5] Adi Putra, Teori Osilasi, dalam http://adiediemo.blogspot.com., 21 Oktober 2010
[6]Imas Yuniar, Makalah Geografi Billingual(Materi Jagat Raya), (Jakarta: 2011), h. 6-9
[7] Djamaludin Dimjati, Menyingkap Kebenaran Al-Qur’an, (Solo: Tiga Serangkai, 2008), hal. 23