Sabtu, 11 Mei 2013

Mutiara Hikmah

Anugerah Yang Paling Berharga

Ada sebuah telaga indah. Airnya sejuk, jernih dan tenang. Permukaannya berkilauan, bukan hanya karena memantulkan sinar rembulan, namun batu-batu pualam yang ada di dasarnya juga memancarkan cahaya. Kedamaian selalu meliputinya. Sayangnya, telaga itu tak mudah di jangkau. Ia terletak di tengah hutan lebat yang dipagari oleh semak berduri. Pepohonan tinggi dan binatang buas menghadang setiap langkah ke sana. Siapa pun yang mampu
menemui dan mereguk keindahannya, raja rimba pun tunduk dan patuh padanya.

Telaga itu adalah hati nurani anda, yang senantiasa menyerukan ketentraman batin. Kesejukan regukan airnya memberi makna pada hidup anda. Sedangkan rimba lebat penuh onak dan binatang buas adalah wujud dari pikiran, emosi, hawa nafsu dan persepsi indrawi yang selalu menghalangi jalan anda. Tanpa disadari ia pun dapat melukai diri anda. Namun, bila anda telah menemukan suara hati nurani itu, maka kekuatan dan kedamaian melingkupi anda. Temukan telaga jernih milik anda. Itulah anugrah paling berharga yang harus anda
pegang teguh dalam hidup ini.




Arti Sebuah Senyum

Tidak memerlukan biaya tetapi dapat mempunyai arti yang banyak dan luas.

Memperkaya mereka yang menerimanya, tanpa membuat kemiskinan bagi yang memberikannya.

Biasanya berlangsung hanya sekilas, namun kadang kadang memberi kesan dan kenangan yang sukar dilupakan.

Tidak akan ada yang merasa lebih kaya atau miskin tanpa ini, mereka hanya akan merasa kaya dengan artinya.

Dapat menumbuhkan kegembiraan didalam rumah, memelihara hubungan baik didalam usaha dan merupakan tanda persahabatan didalam pergaulan.

Pelepas lelah bagi yang sedang kelelahan, kecerahan bagi mereka yang sedang dalam kecemasan, pelipur bagi yang sedang sedih , penawar yang terbaik dan wajar bagi yang sedang dalam kesulitan.

Walau tak dapat dibeli, diminta, dipinjam dan dicuri, ini merupakan suatu hal yang bersifat pribadi bagi seseorang sampai dia melontarkannya.

Tak seorangpun yang sangat memerlukannya sebagaimana seseorang yang tidak memilikinya lagi untuk diberikan.

Dan apabila seseorang mungkin sudah merasa jenuh memberikannya, mengapa tidak meninggalkan sebuah dari milik anda 



Bagian tubuh yang paling penting
 
Ibuku selalu bertanya padaku apa bagian tubuh yang paling penting.

Bertahun-tahun, aku selalu menebak dengan jawaban yang aku anggap benar.

Ketika aku muda, aku pikir suara adalah yang paling penting bagi kita sebagai manusia, jadi aku jawab, "Telinga, Bu." Jawabnya, "Bukan. Banyak orang yang tuli. Tapi, teruslah memikirkannya dan aku menanyakanmu lagi nanti."

Beberapa tahun kemudian sebelum dia bertanya padaku lagi. Sejak jawaban pertama, kini aku yakin jawaban kali ini pasti benar. Jadi, kali ini aku memberitahukannya, "Bu, penglihatan sangat penting bagi semua orang, jadi pastilah mata kita." Dia memandangku dan berkata, "Kamu belajar dengan cepat, tapi jawabanmu masih salah karena banyak orang yang buta."

Gagal lagi, aku meneruskan usahaku mencari jawaban baru dan dari tahun ke tahun, Ibu terus bertanya padaku beberapa kali dan jawaban dia selalu, "Bukan. Tapi, kamu makin pandai dari tahun ke tahun, anakku."

Akhirnya tahun lalu, kakekku meninggal. Semua keluarga sedih. Semua menangis. Bahkan, ayahku menangis. Aku sangat ingat itu karena itulah saat kedua kalinya aku melihatnya menangis. Ibuku memandangku ketika tiba giliranku untuk mengucapkan selamat tinggal pada kakek.

Dia bertanya padaku, "Apakah kamu sudah tahu apa bagian tubuh yang paling penting, sayang?"

Aku terkejut ketika Ibu bertanya pada saat seperti ini. Aku sering berpikir, ini hanyalah permainan antara Ibu dan aku.

Ibu melihat kebingungan di wajahku dan memberitahuku, "Pertanyaan ini penting. Ini akan menunjukkan padamu apakah kamu sudah benar-benar "hidup". Untuk semua bagian tubuh yang kamu beritahu padaku dulu, aku selalu berkata kamu salah dan aku telah memberitahukan kamu kenapa. Tapi, hari ini adalah hari di mana kamu harus belajar pelajaran yang sangat penting."

Dia memandangku dengan wajah keibuan. Aku melihat matanya penuh dengan air mata. Dia berkata, "Sayangku, bagian tubuh yang paling penting adalah bahumu."

Aku bertanya, "Apakah karena fungsinya untuk menahan kepala?" Ibu membalas, "Bukan, tapi karena bahu dapat menahan kepala seorang teman atau orang yang kamu sayangin ketika mereka menangis. Kadang-kandang dalam hidup ini, semua orang perlu bahu untuk menangis. Aku cuma berharap, kamu punya cukup kasih sayang dan teman-teman agar kamu selalu punya bahu untuk menangis kapan pun kamu membutuhkannya"

Akhirnya, aku tahu, bagian tubuh yang paling penting adalah tidak menjadi orang yang mementingkan diri sendiri. Tapi, simpati terhadap penderitaan yang dialami oleh orang lain. Orang akan melupakan apa yang kamu katakan... Orang akan melupakan apa yang kamu lakukan... Tapi, orang TIDAK akan pernah lupa bagaimana kamu membuat mereka berarti.



Bunga-Bunga Kehidupan

eramuslim - Salah satu keindahan yang Allah ciptakan untuk dapat dinikmati manusia adalah bertebarannya bunga-bunga cantik nan menyejukkan dengan aroma dan warna-warni yang tak membosankan. Apabila musim semi tiba, perlahan kelopak-kelopak bunga merekah seraya menyemai kecerahan hari. Kuning yang menghangatkan, kesejukkan yang ditawarkan dari warna putih, merah yang menyala-nyala membangkitkan gairah hidup, semua warna, semua aromanya mewarnai hidup menambah semerbak alam tempat berpijak.

Tidak hanya bunga-bunga yang demikian yang memang diperuntukkan untuk manusia (juga kumbang sang penikmat bunga tentunya), namun ada banyak bunga yang juga hadir menyemangati hidup, mengiringi langkah ini dan menjadikan hari-hari yang kita lewati begitu indah dan menyenangkan. Dari sekian melati yang bertebaran di bumi ini, ada satu yang terindah yang telah kita petik untuk ditanam di taman hati. Dipupuk dengan segenap cinta tanpa akhir, disirami oleh kasih sayang yang takkan habis dan dipelihara dengan segala bentuk pengorbanan yang tak kenal lelah, maka ia pun senantiasa menjadi bunga yang menyenangkan hanya dengan memandangnya, membasuh peluh, menghapus lelah ketika disentuh dan menyegarkan seluruh rongga dada ketika mengecupnya sehingga tercipta kedamaian dan ketenangan. Ya, istri atau suami yang sekarang menjadi pasangan jiwa kita adalah bunga kehidupan.

Dari melati yang telah dipetik itu, mungkin kan datang Lily, Tulips, Mawar atau bunga-bunga lain yang semakin meramaikan taman hati ini dengan aroma khas dan warna yang membuat hidup terasa lebih indah. Keceriaan yang dihadirkan anak-anak selaku bunga-bunga kecil mampu menghiasharumi hati. Mereka, bunga-bunga kecil yang dengan keindahannya membuat kita selalu tersenyum, menjadi pelepas dahaga kedamaian dan pengobat rindu akan kehangatan. Dengan curahan kasih sayang yang tiada henti, sentuhan pendidikan yang tidak memenjarakan kebebasan berpikir dan memasung kreativitasnya, semoga tetap menjadikan mereka bunga-bunga yang dapat dibanggakan, bukan malah menjadi bunga-bunga liar yang berserakan di trotoar dan pinggir jalan. Dengan menghiasi hati mereka akan keagungan nama penciptanya, dan kemuliaan nama Rasulnya, akan menjadikan mereka bunga-bunga yang tak pernah kusut, layu atau bahkan hancur oleh terjangan angin, panas, hujan ataupun buasnya unggas.

Ketika beranjak keluar melewati pagar, kita akan menemukan bunga-bunga lain yang tak kalah indahnya, mereka tersenyum dan menyapa dengan hangatnya. Seperti kita yang juga menjadi bunga kehidupan bagi mereka, bunga-bunga diluar pagar itupun hadir memberikan makna kebersamaan dan saling mencintai, memberi juga mengasihi sebagai saudara karena Allah. Jagalah kedekatan, binalah kebersamaan dengan bunga-bunga itu, karena mereka jugalah yang mungkin akan membantu, menolong dan meringankan beban berat ataupun terpaan badai kehidupan.

Sebanyak apapun bunga yang kita miliki, jangan juga melupakan bunga-bunga yang telah melahirkan dan membesarkan kita menjadi bunga saat ini. Mungkin bunga-bunga itu sudah mulai layu, atau tangkainya sudah terkulai lemah. Jangan biarkan mereka semakin layu, sirami dengan air cinta meski yang kita miliki tak sebanding dengan air cinta yang pernah mereka curahkan. Jadilah kaki penyangga tangkainya agar kita tetap bisa melihatnya berdiri, segar dan melangkah berdampingan hingga Sang pencipta segala bunga menentukan kehendaknya.

Namun ada satu bunga, yang bersemayam paling dalam di lubuk hati ini, yang tak boleh kita biarkan tak tersirami oleh air yang tercipta dari rangkaian indah nama-nama Sang Pencipta segala bunga, dari berdiri, duduk dan sujud yang kita tegakkan, dari senandung-senandung yang menyuarakan ayat-ayat-Nya dan dari rasa berserahdiri akan segala kehendak dan ketentuan-Nya. Ialah bunga kehidupan utama yang tanpanya takkan berarti, takkan terasa indah, takkan menyejukkan aroma bunga lainnya, seindah dan seharum apapun bunga-bunga yang lain itu. Hingga jika bunga utama itu kuat, ia pun akan menguatkan diri ini sehingga teramat tegar menepis duri-duri kemaksiatan yang menyakitkan, atau unggas-unggas kejahatan agar menjauh dari taman hati ini. Dengan keindahan dan kedamaian yang kita tawarkan selaku bunga, kita dapat memperbanyak bunga-bunga baru untuk hadir dan bersama-sama saling menjadi bunga kehidupan di taman hati masing-masing. Wallahu ‘a’lam bishshowaab (Abi Iqna )



Batas Semua Usaha

Bila selama sepekan anda telah bekerja dengan gigih, berlari penuh
ketergesa-gesaan, dan menggigit gigi sendiri untuk menahan rasa sakit diburu-buru, maka akhir pekan ini adalah saat yang paling baik untuk merenungi apa arti waktu bagi anda.

Secepat-cepat anda belari menjadi yang nomor satu, anda takkan pernah mampu melampaui waktu. Sekuat-kuat anda
memenangkan pertandingan, pada akhirnya toh anda akan dikalahkan oleh usia anda sendiri.

Sehebat-hebat anda menaklukkan puncak gunung, alam memberi
langit yang lebih tinggi yang tak terdaki. Bahwa segala sesuatu itu ada batasnya.

Anda perlu tahu batas-batas itu. Meski tujuan adalah sesuatu yang belum bisa anda capai sekarang; dan ini membuat anda begitu optimis akan hidup esok
hari; namun kesadaran akan tepian dari semua kerja anda semestinya menggugah
anda untuk menemukan jiwa dalam kerja anda.

Yaitu, silakan kita berkeja sekeras-kerasnya, karena memang untuk itulah anda ada, namun anda sama sekali tak harus menjamin tercapainya semua tujuan itu, karena memang bukan
itu tugas anda. Kita hanya harus berusaha.

 

      Dimana Letak Kebahagiaan

      Semua orang mendambakan kebahagiaan, mulai dari seorang filosof dengan
      pemikirannya yang tinggi sampai orang bodoh dengan kesederhanaannya. Sang
      Raja di istananya maupun petani di gubuknya, sama-sama tidak menghendaki
      kecemasan dan kegelisahan. Yang menjadi pertanyaan sejak dulu sampai
      sekarang adalah 'di manakah' kebahagiaan itu?
      Kebanyakan manusia mencarinya bukan pada sumbernya sehingga mereka pulang
      dengan tangan hampa, lelah sedih dan putus asa. Dalam berbagai zaman
      manusia telah mencoba mencari kebahagiaan itu pada kekayaan materi dan
      berbagai ragam pemenuhan kebutuhan inderanya, tetapi ternyata tidak
      ditemukan juga sebab setiap kali terpenuhi satu kebutuhan akan selalu
      muncul kebutuhan baru.
      HARTA. Sebagian manusia menduga bahwa kebahagiaan itu pada kekayaan harta
      dan terpenuhinya kesejahteraan hidup. Nyatanya di negara-negara yang maju
      ekonominya dan dapat memenuhi sarana kehidupan mulai dari makanan,
      minuman, pakaian, tempat tinggal, kendaraan dan fasilitas-fasilitas
      lainnya, rakyatnya tetap tidak bahagia dan mencari kebahagiaan dengan cara
      lain.
      Dalam sebuah survey di Amerika, terungkap bahwa harta merupakan penyebab
      terjadinya kejahatan-kejahatan utama di negara super-power ini. Penyebab
      lain adalah kebencian, kecemburuan, dan seks. Survey yang dilakukan oleh
      suatu tim terhadap sejumlah orang Amerika dari berbagai profesi ini
      merupakan fenomena yang ada di negara maju, yang mungkin bukan hanya di
      Amerika.
      Will Durant berpendapat: "Agama tidak dapat tumbuh subur pada saat di mana
      kemajuan material membumbung tinggi. Karena, ketika itu manusia biasanya
      membebaskan dirinya dari ikatan-ikatan keruhanian bahkan menciptakan
      falsafah dan pandangan hidup yang dijadikan dalih untuk menanggalkan
      tuntunan-tuntunan agama." Pendapat pakar yang berasal dari Barat dan hidup
      di Barat ini sesuai dengan gambaran al-QurĂ•an bahwa manusia yang
      dikendalikan oleh nafsu atau dikuasai oleh bayangan kemampuan material
      yang dimilikinya, akan bersikap sangat angkuh dan berlaku sewenang-wenang.
      Mereka menduga bahwa kemampuannya akan mengekalkannya dan akhirnya mereka
      berpaling membelakangi Tuhannya.
      Kini semakin disadari bahwa segala keserakahan manusia untuk menumpuk
      harta merupakan sebab timbulnya superioritas (rasa keunggulan) seseorang
      kepada yang lain. Dan sampai sekarang masih merupakan sebab timbulnya
      penderitaan dunia, seperti dibuktikan dari hasil survey di Amerika itu.
      Kenyataan mengerikan yang lain dapat kita lihat di negara-negara maju,
      negeri yang hidup dalam kecukupan ekonomi luar biasa. Saking makmurnya
      sampai-sampai tidak ada kekhawatiran akan kemelaratan walaupun bagi
      orang-orang tua atau pengangguran sekalipun, karena negara telah menjamin
      setiap warga negaranya dengan jumlah yang cukup.
      Namun demikian masyarakatnya hidup penuh keangkuhan, kebencian, gelisah,
      cemas, sedih, penuh keluhan dan keputusasaan. Akhirnya banyak yang lari
      dari kehidupan malang ini dengan cara bunuh diri dan cara lain sebagai
      upaya menyelamatkan diri dari penderitaan jiwa yang menyakitkan itu.
      Jelaslah bahwa banyaknya harta bukanlah sumber kebahagiaan dan bukan pula
      asas utama untuk mewujudkannya. Bahkan boleh jadi hal itu menjadi
      malapetaka bagi pemiliknya di dunia sebelum menjadi malapetaka di akhirat
      kelak. Kebahagiaan tidak bisa diukur dengan penambahan kekayaan harta,
      tetapi kebebasan dari rasa takut terhadap penderitaan dan kecemasan lahir
      batin.
      Ini tentu bukan berarti Islam melarang manusia untuk mendapatkan harta dan
      menilai harta benda sebagai sesuatu yang jelek dan harus dihindari. Yang
      dikecam adalah perlombaan penumpukannya guna berbangga, berfoya-foya dan
      mengabaikan kelompok yang membutuhkannya. Allah berfirman dalam surat At
      Taubah: 55, "Janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu.
      Sesungguhnya Allah menghendaki dengan harta benda dan anak-anak itu untuk
      menyiksa mereka dalam kehidupan dunia."
      Siksaan itu bisa berupa kesulitan, kepayahan, kesusahan, dan penderitaan.
      Kenyataan pahit ini bisa kita jumpai pada setiap orang yang menjadikan
      harta dunia ini sebagai tujuan utamanya dan puncak cita-citanya. Ia akan
      selalu tersiksa hatinya, dan lelah jiwanya. Sedikitnya harta tidak akan
      mencukupinya, tetapi harta yang banyak juga tidak akan mengenyangkannya.
      Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Anas, Nabi melukiskan jiwa yang
      menderita ini, "Barangsiapa yang menjadikan akhirat sebagai cita-citanya,
      maka Allah akan menjadikan kekayaan di hatinya dan harta benda akan datang
      kepadanya serta tunduk kepadanya. Dan barangsiapa yang menjadikan harta
      dunia sebagai cita-citanya, maka Allah akan menjadikan kefakiran di kedua
      matanya dan mencerai-beraikan semuanya dan tidak akan memberinya harta
      dunia selain apa-apa yang telah ditentukannya." (HR Turmudzi)
      Ulama salaf pernah menyampaikan, barangsiapa mencintai dunia, maka
      dipersilakan mempersiapkan dirinya untuk menanggung musibah. Karena
      pecinta harta tidak akan terlepas dari tiga hal; susah berkepanjangan,
      lelah berkesinambungan, dan penyesalan tiada akhir. Demikian itu karena
      setiap kali terpenuhi satu keinginan timbul keinginan baru, sebagaimana
      disampaikan Rasulullah, "Seandainya anak manusia itu memiliki dua lembah
      emas tentu ia akan menginginkan yang ketiga."
      ANAK DAN JABATAN.Setiap orang tua mencintai anak-anaknya. Tak satupun
      orangtua yang tidak menginginkan anak-anaknya hidup sukses kelak di
      kemudian hari. Sebab sebagian orang merasa anak bisa menghadirkan
      kebahagiaan dalam hidupnya.
      Memang anak merupakan bunga kehidupan tumpuan harapan, akan tetapi tidak
      sedikit anak-anak itu menyeret orang tuanya ke jurang kehancuran. Mereka
      bisa saja menyakiti dan mengingkarinya sebagai ganti kebaikan orang
      tuanya. Bahkan tidak sedikit orang tua yang menemui ajal di tangan anak
      kandungnya.
      Demikian halnya dengan jabatan. Manusia yang salah selalu mengejar jabatan
      dengan berbagai upaya, kalau perlu menghalalkan segala cara. Tidak sedikit
      orang yang demi mendapatkan jabatan berani melakukan hal-hal yang
      bertentangan dengan etika dan jalan agama. Bagi mereka kedudukan di atas
      segala-galanya. Ternyata setelah didapatkannya tidak pula dirasakan
      kebahagiaan dalam dirinya. Itulah sebabnya Islam melarang seseorang untuk
      berambisi atas sesuatu jabatan, karena jika jabatan dipegang oleh orang
      yang berambisi untuk mendudukinya, yang didapat hanyalah malapetaka.
      DALAM DIRI MANUSIA. Kebahagiaan tidak terletak pada banyaknya harta
      kekayaan dan banyaknya anak, tidak pula pada jabatan dan materi lainnya.
      Kebahagiaan adalah suatu nilai yang abstrak kasat mata, tidak dapat diukur
      dengan jumlah, tidak dapat disimpan di suatu tempat dan juga tidak dapat
      dibeli dengan rupiah, dollar maupun dinar.
      Kebahagiaan adalah suatu yang dapat dirasakan oleh kejernihan jiwa,
      ketenangan hati, kelapangan dada, yang bersumber dari dalam diri manusia
      dan tidak didatangkan dari luar dirinya.
      Dalam suatu kisah disebutkan, seorang suami yang sedang marah terhadap
      istrinya berkata seraya mengancam, "Aku akan membuatmu tidak bahagia!"
      Dengan tenang istrinya menjawab, "Engkau tidak akan mampu membuatku
      menderita sebagaimana engkau tidak dapat membuatku bahagia." Sang suami
      semakin marah, "Kenapa tidak bisa?" Sahut istrinya penuh keyakinan, "Aku
      mendapatkan kebahagiaan pada imanku. Iman ada di hatiku dan tidak
      seorangpun dapat menguasai hatiku selain Allah swt pelindungku."
      Itulah hakikat kebahagiaan itu. Kebahagiaan yang tidak dapat diberikan
      oleh manusia dan tidak dapat dicabut oleh siapapun juga, adalah
      kebahagiaan yang dirasakan oleh orang-orang beriman dan mereka yang suka
      beramal shalih. Seorang mukmin yang telah merasakan kelezatan ruhaniah
      yang memenuhi sisi-sisi jiwanya akan berkata, "Sungguh kudapatkan
      saat-saat bahagia yang membuatku berkata, 'Seandainya penghuni surga
      merasakan seperti yang aku rasakan sekarang sungguh mereka benar-benar
      hidup bahagia.'"
      Orang-orang yang telah dianugerahi nikmat kebahagiaan oleh Allah swt akan
      menganggap kecil musibah yang menimpa dirinya betapapun besar dan
      beratnya. Karena musibah itu akan dirasakan sebagai nikmat yang perlu
      disyukuri, sementara menurut orang lain merupakan malapetaka yang
      mengakibatkan keluhan dan penderitaan.
      Rasulullah memberikan contoh yang sangat indah tentang suatu kebahagiaan.
      "Jika Anda melahap suatu makanan, maka Anda merasakan kelezatan. Tetapi,
      jika Anda dengan suka-cita menyerahkan (walaupun sebagian)-nya, maka Anda
      merasakan kebahagiaan.".
 
         http://www.sarikata.com/


 
   
Di Belakang Setiap Pria Hebat Selalu Ada Wanita Hebat


eramuslim - Thomas Wheeler, CEO Massachusetts Mutual Life Insurance Company, dan istrinya sedang menyusuri jalan raya antarnegara bagian ketika menyadari bensin mobilnya nyaris habis. Wheeler segera keluar dari jalan raya bebas hambatan itu dan tak lama kemudian menemukan pompa bensin yang sudah bobrok dan hanya punya satu mesin pengisi bensin. Setelah menyuruh satu-satunya petugas di situ untuk mengisi mobilnya dan mengecek oli, dia berjalan-jalan memutari pompa bensin itu untuk melemaskan kaki.

Ketika kembali ke mobil, dia melihat petugas itu sedang asyik mengobrol dengan istrinya. Obrolan mereka langsung berhenti ketika dia membayar si petugas. Tetapi ketika hendak masuk ke mobil, dia melihat petugas itu melambaikan tangan dan dia mendengar orang itu berkata, “Asyik sekali mengobrol denganmu.”

Setelah mereka meninggalkan pompa bensin itu, Wheeler bertanya kepada istrinya apakah dia kenal lelaki itu. Istrinya langsung mengiyakan. Mereka pernah satu sekolah di SMA dan pernah pacaran kira-kira setahun.

“Astaga, untung kau ketemu aku,” Wheeler menyombong. “Kalau kau menikah dengannya, kau jadi istri petugas pompa bensin, bukan istri direktur utama.”

“Sayangku,” jawab istrinya, “Kalau aku menikah dengannya, dia yang akan menjadi direktur utama dan kau yang akan menjadi petugas pompa bensin.” (The Best Of Bits & Pieces, satu dari 71 Kisah dalam Buku Chicken Soup For The Couple’s Soul)

Kisah diatas memberikan satu hikmah kepada kita bahwa banyak manusia yang menjadi manusia sukses karena dukungan dari wanita yang menjadi istrinya, dan sebaliknya, tidak sedikit juga lelaki yang jatuh dan hancur oleh karena wanita yang dinikahinya itu.

Sungguh, pernikahan adalah upaya penyatuan dua kekuatan yang jika kita berhasil melakukannya maka keberhasilan pun akan kita raih, meski harus terlebih dulu –dan juga memakan waktu yang tidak sebentar- melewati berbagai halangan menghadang. Setiap debu berkali-kali menerpa bening mata kita sehingga membuat suram jalan terbentang dihadapan, ombak yang tak jarang dengan tiba-tiba menerjang mahligai rumah tangga, badai dan angin yang meliuk-liuk mengintai dan siap menghantam kokohnya bangunan cinta yang tersusun indah dalam bingkai perkawinan. Sungguh, jika bukan karena keberhasilan memadukan dua kekuatan yang dimiliki kedua insan pasangan suami istri, mungkin pernikahan hanyalah tinggal cerita.

Dan satu tonggak kokoh yang membuat kaki-kaki ini tetap berdiri melangkah bersama menyusuri perjalanan berumah tangga selama sekian puluh, bahkan sekian ratus tahun hingga Allah menetapkan kehendaknya, adalah rasa syukur dan penerimaan yang tulus terhadap sebuah hati dan jiwa yang Allah berikan untuk dipasangkan dengan kita. Sebuah qalbu indah yang begitu ikhlas menjalin kebersamaan melakukan semuanya berdua dengan kita sehingga bersamaan dengan itu, Allah pun menurunkan ketenangan, kebahagiaan dan kasih sayang (sakinah, mawaddah dan rahmah) menyertai dua hati yang menyatu itu.

Cinta, saling percaya, pengorbanan, dan berbagai tonggak lainnya seolah menjadikan biduk rumah tangga sepasang suami istri akan tetap oleng diterjang badai jika tak memiliki tonggak yang satu ini. Oleh karena itu percayalah, apapun yang kita dapatkan, kita miliki, segala keberhasilan, kesuksesan dan segala yang menjadi kebanggaan kita saat ini, bukanlah semata upaya diri sendiri. Bukankah seharusnya kita bersyukur karena Allah telah menganugerahkan sebuah jiwa yang juga begitu kuat mendorong kita dari dalam rumah, dari pembaringan dalam kamar tidur, dari meja makan, untuk bisa menjulang ke atas.

Jika pun kesuksesan itu teraih semasa sebelum kita menikah, bukankah pula seharusnya kita bersyukur karena Allah telah menghadirkan satu hati suci untuk hidup berdampingan dengan kita bukan karena ketampanan, atau kegemilangan kita. Sehingga kemudian, hatinya tidak sombong, juga tidak kikir dan bakhil. Kekasih hati yang seperti ini jugalah yang tetap menjaga hati kita untuk melihat kebawah dan mengulurkan tangan kepada yang lemah. Bersyukur pulalah, karena hatinya yang begitu bersih –yang Allah berikan untuk kita- tidak membuat kita lupa diri yang bisa-bisa menghancurkan dan membuat kita terjatuh dari puncak kejayaan. Dia senantiasa mengingatkan kita ketika khilaf mulai terobsesi dengan kepuasan dunia, dia yang juga menarik kaki ini dari lingkar batas-batas jurang keserakahan harta, dan dengan sekuat tenaganya yang lemah, dia juga berusaha menahan tubuh kita yang terkadang tanpa disadari sudah berada di pintu kesombongan, sehingga kita pun terluput dari murka Allah.

Sungguhpun ada sebagian pasangan yang harus menjalani rumah tangganya diatas lembar-lembar kekurangan, kesederhanaan dan jalinan keprihatinan. Tetaplah bersyukur karena Allah masih memberikan satu harta yang tak ternilai harganya, yakni satu mutiara yang tetap berdiri merapat dengan ikhlasnya menjalani kekurangan, kesederhanaan dan keprihatinan bersama kita. Jiwa yang begitu kuat untuk tidak tergoda dan iri dengan kegemerlapan tetangganya, bahkan terkadang ia lebih kuat dari kita sendiri, sehingga pancaran kekuatannya itulah yang membantu kita tetap berdiri. Semakin prihatin dan sulitnya kita mengarungi hidup, semakin merapat tubuhnya kepada kita. Sungguh, jangan pernah mengira bahwa kesengsaraan anda hanyalah karena anda menikah dengannya.

Adakah yang pernah menyesali pernikahan? Mungkin terlalu pahit untuk menerima kenyataan rumah tangga yang tidak terdapat didalamnya kebahagiaan, ketenangan dan kasih sayang. Kegetiran sekejap melanda batin ini tatkala biduk cinta yang dibangun tak sekuat yang direncanakan, bahwa hempasan ombak yang menerjang tak sebesar yang dibayangkan, sehingga kita pun tidak siap menerima setiap cobaan, sehingga tidak sedikit rajutan kasih sayang yang terurai berserakan. Namun, bukankah pula dari balik semua itu, Allah memberikan kita hikmah yang begitu mendalam, bahwa ada manusia yang menjadi baik dengan anugerah kebaikan dan ada manusia yang diuji kebaikannya dengan kepahitan dan kegetiran agar ia tetap menjadi baik. Selain itu, Allah yang Maha Adil dan Maha Kasih juga sudah memberi anda pelajaran tentang makna hidup lebih dari orang lain yang tidak pernah mengalami kegagalan, meski tidak jarang manusia tidak mau menerima kenyataan itu. Wallahu a’lam bishshowaab. (Bayu Gautama)

Seorang anak kecil dan ayahnya sedang berjalan disebuah gunung. Tiba-tiba anak itu tergelincir dan menjerit, "Aaaaahhh!!!" Betapa kagetnya ia, ketika mendengar ada suara dari balik gunung, "Aaaaahhh!!!"
Dengan penuh rasa ingin tahu, ia berteriak, "Hai siapa kau?"
Ia mendengar lagi suara dari balik gunung, "Hai siapa kau?"

Ia merasa dipermainkan dan dengan marah berteriak lagi, "Kau pengecut..!!"
Sekali lagi dari balik gunung terdengar suara, "Kau pengecut..!!"

Ia lalu menengok ke ayahnya dan bertanya, "Ayah, sebenarnya apa yang terjadi?"
Ayahnya tersenyum dan berkata, "Anakku, mari perhatikan ini"

Kemudian ia berteriak sekuat tenaga pada gunung, "Aku mengagumimu..!!"
Dan suara itu menjawab, "Aku mengangumimu..!!"

Sekali lagi ayahnya berteriak,"Kau adalah sang juara..!!"
Suara itu pun menjawab lagi,"Kau adalah sang juara..!!"

Anak itu merasa terheran-heran, tapi masih juga belum memahami. Kemudian ayahnya menjelaskan, "Nak, orang-orang menyebutnya GEMA, tetapi sesungguhnya ada makna lain di dalam kehidupan kita ini. Ia akan mengembalikan padamu apa
saja yang kau lakukan dan katakan. Hidup kita ini hanyalah refleksi dari tindakan kita."

Bila kau ingin mendapatkan lebih banyak ketulusan dan kasih sayang di dunia ini, maka berikanlah ketulusan dan kasih sayang dari hatimu.
Bila kau ingin mendapatkan kebaikan dari orang lain, maka berikanlah kebaikan dari dirimu.

Hal ini berlaku pada apa saja dan pada semua aspek dalam hidup. Hidup akan memberikan apa yang telah kamu berikan padanya. Maka, sebenarnya hidup ini BUKAN SUATU KEBETULAN. Hidup adalah pantulan dari dirimu; gema dirimu."




Bercerminlah pada hati anda sendiri
Terkadang secara tidak sadar kita begitu sering memandang orang lain tanpa memandang diri sendiri terlebih dulu. Sehingga apa yang tergambar dari hasil pandangan kita itu adalah cenderung kpd peremehan orang lain, menganggap orang lain begitu berbeda (baca : lebih buruk), bahkan berpikir seolah hanya orang2 spt kitalah yang berhak tinggal di dunia ini. Setelah itu tidak jarang keluar kata kata yang yang juga meremehkan, mengecilkan dari mulut ini sebagai kelanjutan dati pandangan awal yang sempit tadi. Dan ini, sering kali dilakukan tanpa tanpa sadar karena memang bermula drai dada (hati) ini.

Sungguh saudaraku, kita begitu lupa akan ingatan Allah bahwa belum tentu orang orang yang kita anggap lebih buruk (baca : diolok - olok) itu hina, bahkan mungkin pada diri kitalah hakikat keburukan itu. Hanya saja, sekali lagi, kita begitu sering tidak bercermin. Atau mungkin cermin itu begitu buram dan berdebu karena terlalu lama tersimpan tanpa kita gunakan barang sebentarpun.

Saudaraku, jika mungkin tidak secara lisan kita menghinakan, mencaci, mengecilkan atau menganggap remeh orang lain, bis ajadi kita juga melakukan semua itu dengan sikap, ciiran bibir, gerakan badan, ekspresi wajah atau hanya sekedar menghinanya dalam hati. Betapa sering kita melemparkan uang kecil dari balik pagar tinggi kpd pengemis, atau bahkan lontaran kata "maaf" sambil berbalik dengan mulut menggerutu berharap pengemis itu tidak datang kembali di lain hari. Sesekali dada ini membusung saat menghadapi atau berbicara dengan orang lain yang kita anggap dalam posisi tidak lebih baik, tidak lebih beruntung, tidak lebih pintar, tidak lebih tua. Bibir ini boleh jadi mengembangkan senyum saat berbicara dengan orang orang itu, tapi senyum itu tentu akan sangat menyakitkan bila mereka tahu bahwa hati ini sedang menghinakannya.

Ketahuilaha saudaraku, manusia yang terlalu sering dihinakan, dizhalimi lebih peka mata bathinnya sehingga mereka bisa dengan jelas membedakan mana keikhlasan dan mana kepalsuan atau kemunafikan. Mungkin kita merasa gerah, tidak betah bila harus berlama - lama dengan orang - orang yang pakaiannya tidak sebgaus yang kita kenakan, orang - orang yang menu makanannya jauh berbeda secara harga apalagi kandungan gizinya, dengan orang - orang yang tidak memiliki kendaraan spt punya kita, tidak bekerja spt kita yang karyawan, profesionalis, wanita karir, pengusaha, tidak berpenghasilan sebanyak yang kita dapat, tidak berpendidikan setinggi yang kita raih.

Sungguh juga saudaraku, cermin hati ini begitu kotor, sehingga memburamkan mata hati ini dari melihat keberadaan malaikat Allah di antara kita dengan orang - orang itu yang begitu dekat dan melekat. Nu’man bin Muqrin berkata :

" Bahwasanya ada seorang laki - laki mencaci orang lain di sisi Nabi e, kemudian orang yang dicaci mengatakan : "Mudah - mudahan keselamatan tercurah atasmu". Lalu Nabi e bersabda : " ketahuilah bahwasanya ada malaikat di antara kamu berdua membelamu; setiap kali orang ini mencacimu. Malaikat itu berkata kpdnya : " tetapi engkau, engkaulah yang lebih berhak thd cacian itu; dan jika engkau mengatakan : "Mudah - mudahan keselamatan tercurah atasmu", maka malaikat itu berkata : "Tidak, tetapi engkau, engkaulah yang lebih berhak terhadapnya." (HR.Ahmad)


Delapan Kado Terindah


Aneka kado ini tidak dijual di toko. Anda bisa menghadiahkannya setiap saat,dan tak perlu membeli ! Meski begitu, delapan macam kado ini adalah hadiah terindah dan tak ternilai bagi orang-orang yang Anda sayangi.

KEHADIRAN
Kehadiran orang yang dikasihi rasanya adalah kado yang tak ternilai
harganya. Memang kita bisa juga hadir dihadapannya lewat surat, telepon, foto atau faks. Namun dengan berada disampingnya. Anda dan dia dapat berbagi perasaan, perhatian , dan kasih sayang secara lebih utuh dan intensif. Dengan demikian, kualitas kehadiran juga penting. Jadikan kehadiran Anda sebagai pembawa kebahagian.

MENDENGAR
Sedikit orang yang mampu memberikan kado ini, sebab, kebanyakan orang Lebih suka didengarkan, ketimbang mendengarkan. Sudah lama diketehui bahwa keharmonisan hubungan antar manusia amat ditentukan oleh kesediaan saling mendengarkan. Berikan kado ini untuknya. Dengan mencurahkan perhatian pada segala ucapannya, secara tak langsung kita juga telah menumbuhkan kesabaran dan kerendahan hati. Untuk bisa mendengar dengan baik, pastikan Anda dalam keadaan betul-betul relaks dan bisa menangkap utuh apa yang disampaikan. Tatap wajahnya. Tidak perlu menyela, mengkritik, apalagi menghakimi. Biarkan ia menuntaskannya. Ini memudahkan Anda memberi tanggapan yang tepat setelah itu. Tidak harus berupa diskusi
atau penilaian. Sekedar ucapan terima kasihpun akan terdengar manis baginya.

D I A M
Seperti kata-kata, didalam diam juga ada kekuatan. Diam bisa dipakai
Untuk menghukum, mengusir, atau membingungkan orang. Tapi lebih dari segalanya. Diam juga bisa menunjukkan kecintaan kita pada seseorang karena memberinya "ruang". Terlebih jika sehari-hari kita sudah terbiasa gemar menasihati, mengatur, mengkritik bahkan mengomeli.

KEBEBASAN
Mencintai seseorang bukan berarti memberi kita hak penuh untuk memiliki atau mengatur kehidupan orang bersangkutan. Bisakah kita mengaku mencintai seseorang jika kita selalu mengekangnya? Memberi kebebasan adalah salah satu perwujudan cinta. Makna kebebasan bukanlah, " Kau bebas berbuat semaumu." Lebih dalam dari itu, memberi kebebasan adalah memberinya kepercayaan penuh untuk bertanggung jawab atas segala hal yang ia putuskan atau lakukan.

KEINDAHAN
Siapa yang tak bahagia, jika orang yang disayangi tiba-tiba tampil lebih ganteng atau cantik ? Tampil indah dan rupawan juga merupakan kado lho. Bahkan tak salah jika Anda mengkadokannya tiap hari ! Senin keindahan penampilan pribadi, Anda pun bisa menghadiahkan keindahan suasana dirumah. Vas dan bunga segar cantik di ruang keluarga atau meja makan yang tertata indah, misalnya.

TANGGAPAN POSITIF
Tanpa, sadar, sering kita memberikan penilaian negatif terhadap pikiran, sikap atau tindakan orang yang kita sayangi. Seolah-olah tidak ada yang benar dari dirinya dan kebenaran mutlak hanya pada kita. Kali ini, coba hadiahkan tanggapan positif. Nyatakan dengan jelas dan tulus. Cobalah ingat,berapa kali dalam seminggu terakhir anda mengucapkan terima kasih atas segala hal yang dilakukannya demi Anda. Ingat-ingat pula, pernahkah Anda memujinya. Kedua hal itu, ucapan terima kasih dan pujian ( dan juga permintaan maaf ), adalah kado cinta yang sering terlupakan.

KESEDIAAN MENGALAH
Tidak semua masalah layak menjai bahan pertengkaran. Apalagi sampai Menjadi cekcok yang hebat. Semestinya Anda pertimbangkan, apa iya sebuah hubungan cinta dikorbankan jadi berantakan hanya gara-gara persoalan itu? Bila Anda memikirkan hal ini, berarti Anda siap memberikan kado " kesediaan mengalah" Okelah, Anda mungkin kesal atau marah karena dia telat datang memenuhi janji. Tapi kalau kejadiannya baru sekali itu, kenapa mesti jadi pemicu pertengkaran yang berlarut-larut ? Kesediaan untuk mengalah juga dapat melunturkan sakit hati dan mengajak kita menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini

SENYUMAN
Percaya atau tidak, kekuatan senyuman amat luar biasa. Senyuman,
terlebih yang diberikan dengan tulus, bisa menjadi pencair hubungan yang beku, pemberi semangat dalam keputus asaan. pencerah suasana muram, bahkan obat penenang jiwa yang resah. Senyuman juga merupakan isyarat untuk membuka diri dengan dunia sekeliling kita. Kapan terakhir kali anda menghadiahkan senyuman manis pada orang yang dikasihi?

 





Di Balik Kegagalan
Bila anda mencari alasan untuk sebuah kegagalan, anda bisa temukan berjuta-juta dengan mudahnya. Namun, alasan tetaplah alasan. Ia takkan mengubah kegagalan menjadi keberhasilan.

Kerapkali, alasan serupa dengan pengingkaran. Semakin banyak menumpuk alasan, semakin besar pengingkaran pada diri sendiri.

Ini menjauhkan anda dari keberhasilan; sekaligus melemahkan kekuatan diri sendiri. Berhentilah mencari suatu alasan untuk menutupi kegagalan. Mulailah bertindak untuk meraih keberhasilan.

Belajarlah dari penambang yang tekun mencari emas. Ditimbanya berliter-liter tanah keruh dari sungai. Ia saring lumpur dari pasir. Ia sisir pasir dari logam. Tak jemu ia lakukan hingga tampaklah butiran emas berkilauan.

Begitulah semestinya anda memperlakukan kegagalan. Kegagalan itu seperti pasir keruh yang menyembunyikan emas. Bila anda terus berusaha, tekun mencari perbaikan di sela-sela kerumitan, serta berani menyingkirkan alasan-alasan, maka anda akan menemukan cahaya kesempatan.

Hanya mencari alasan, sama saja dengan membuang pasir dan semua emas yang ada di dalamnya




Diam Itu Emas
(Diam Aktif)

Dalam upaya mendewasakan diri kita, salah satu langkah awal yang harus kita pelajari adalah bagaimana menjadi pribadi yang berkemampuan dalam menjaga juga memelihara lisan dengan baik dan benar. Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah saw, "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berkata benar atau diam.", hadits diriwayatkan oleh Bukhari.

1. Jenis-jenis Diam

Sesungguhnya diam itu sangat bermacam-macam penyebab dan dampaknya. Ada yang dengan diam jadi emas, tapi ada pula dengan diam malah menjadi masalah. Semuanya bergantung kepada niat, cara, situasi, juga kondisi pada diri dan lingkungannya. Berikut ini bisa kita lihat jenis-jenis diam:

a. Diam Bodoh
Yaitu diam karena memang tidak tahu apa yang harus dikatakan. Hal ini bisa karena kekurangan ilmu pengetahuan dan ketidakmengertiannya, atau kelemahan pemahaman dan alasan ketidakmampuan lainnya. Namun diam ini jauh lebih baik dan aman daripada memaksakan diri bicara sok tahu.

b. Diam Malas
Diam jenis merupakan keburukan, karena diam pada saat orang memerlukan perkataannya, dia enggan berbicara karena merasa sedang tidak mood, tidak berselera atau malas.

c. Diam Sombong
Ini pun termasuk diam negatif karena dia bersikap diam berdasarkan anggapan bahwa orang yang diajak bicara tidak selevel dengannya.

d. Diam Khianat
Ini diamnya orang jahat karena dia diam untuk mencelakakan orang lain. Diam pada saat dibutuhkan kesaksian yang menyelamatkan adalah diam yang keji.

e. Diam Marah
Diam seperti ini ada baiknya dan adapula buruknya, baiknya adalah lebih terpelihara dari perkataan keji yang akan lebih memperkeruh suasana. Namun, buruknya adalah dia berniat bukan untuk mencari solusi tapi untuk memperlihatkan kemurkaannya, sehingga boleh jadi diamnya ini juga menambah masalah.

f. Diam Utama (Diam Aktif)
Yang dimaksud diam keutamaan adalah bersikap diam hasil dari pemikiran dan perenungan niat yang membuahkan keyakinan bahwa enggan bersikap menahan diri (diam) maka akan menjadi maslahat lebih besar dibanding dengan berbicara.

2. Keutaam Diam Aktif

a. Hemat Masalah
Dengan memilih diam aktif, kita akan menghemat kata-kata yang berpeluang menimbulkan masalah.

b. Hemat dari Dosa
Dengan diam aktif maka peluang tergelincir kata menjadi dosapun menipis, terhindar dari kesalahan kata yang menimbulkan kemurkaan Allah.

c. Hati Selalu Terjaga dan Tenang
Dengan diam aktif berarti hati akan terjaga dari riya, ujub, takabbur atau aneka penyakit hati lainnya yang akan mengeraskan dan mematikan hati kita.

d. Lebih Bijak
Dengan diam aktif berarti kita menjadi pesdengar dan pemerhati yang baik, diharapkan dalam menghadapi sesuatu persoalan, pemahamannya jauh lebih mendaam sehingga pengambilan keputusan pun jauh lebih bijak dan arif.

e. Hikmah Akan Muncul
Yang tak kalah pentingnya, orang yang mampu menahan diri dengan diam aktif adalah bercahayanya qolbu, memberikan ide dan gagasan yang cemerlang, hikmah tuntunan dari Allah swtakan menyelimuti hati, lisan, serta sikap dan perilakunya.

f. Lebih Berwibawa
Tanpa disadari, sikap dan penampilan orang yang diam aktif akan menimbulkan wibawa tersendiri. Orang akan menjadi lebih segan untuk mempermainkan atau meremehkan.

Selain itu, diam aktif merupakan upaya menahan diri dari beberapa hal, seperti:

Diam dari perkataan dusta
Diamdari perkataan sia-sia
Diam dari komentar spontan dan celetukan
Diam dari kata yang berlebihan
Diam dari keluh kesah
Diam dari niat riya dan ujub
Diam dari kata yang menyakiti
Diam dari sok tahu dan sok pintar




Gema Kehidupan
 
Seorang anak kecil dan ayahnya sedang berjalan disebuah gunung. Tiba-tiba anak itu tergelincir dan menjerit, "Aaaaahhh!!!" Betapa kagetnya ia, ketika mendengar ada suara dari balik gunung, "Aaaaahhh!!!"
Dengan penuh rasa ingin tahu, ia berteriak, "Hai siapa kau?"
Ia mendengar lagi suara dari balik gunung, "Hai siapa kau?"

Ia merasa dipermainkan dan dengan marah berteriak lagi, "Kau pengecut..!!"
Sekali lagi dari balik gunung terdengar suara, "Kau pengecut..!!"

Ia lalu menengok ke ayahnya dan bertanya, "Ayah, sebenarnya apa yang terjadi?"
Ayahnya tersenyum dan berkata, "Anakku, mari perhatikan ini"

Kemudian ia berteriak sekuat tenaga pada gunung, "Aku mengagumimu..!!"
Dan suara itu menjawab, "Aku mengangumimu..!!"

Sekali lagi ayahnya berteriak,"Kau adalah sang juara..!!"
Suara itu pun menjawab lagi,"Kau adalah sang juara..!!"

Anak itu merasa terheran-heran, tapi masih juga belum memahami. Kemudian ayahnya menjelaskan, "Nak, orang-orang menyebutnya GEMA, tetapi sesungguhnya ada makna lain di dalam kehidupan kita ini. Ia akan mengembalikan padamu apa
saja yang kau lakukan dan katakan. Hidup kita ini hanyalah refleksi dari tindakan kita."

Bila kau ingin mendapatkan lebih banyak ketulusan dan kasih sayang di dunia ini, maka berikanlah ketulusan dan kasih sayang dari hatimu.
Bila kau ingin mendapatkan kebaikan dari orang lain, maka berikanlah kebaikan dari dirimu.

Hal ini berlaku pada apa saja dan pada semua aspek dalam hidup. Hidup akan memberikan apa yang telah kamu berikan padanya. Maka, sebenarnya hidup ini BUKAN SUATU KEBETULAN. Hidup adalah pantulan dari dirimu; gema dirimu."




Tidak ada komentar:

Posting Komentar